Hidup adalah pilihan. Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Cocok atau tidak cocoknya dengan kita pun merupakan pilihan. Jika seseorang telah menentukan pilihan menjadi guru, maka segala bentuk konsekuensi siap untuk ditanggung.
Profesi guru sesungguhnya bukanlah murni sebua pekerjaan untuk mencari uang, artinya bukan semata-mata untuk menjadi sumber penghasilan belaka. Profesi guru itu lebih tepat disebut sebagai profesi penggilan hati atau sebuah pengabdian. Yaitu, pengabdian kepada Allah, kepada bangsa dan negara tanpa mengharapkan imbalan yang berlebih.
Niat menjadi guru seharusnya sudah dimulai sejak mendaftar di perguruan tinggi. Dengan masuk fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, tentunya jiwa seorang guru sudah tertanam di hatinya.
Jangan sampai memasuki ruang kuliah dengan jurusan keguruan hanya merupakan pilihan terakhir karena gagal mengikuti seleksi lain. Jangan sampai terucap perkataan “Daripada tidak kuliah”, sehingga ketika jadi guru pun “guru terpaksa”, dan ketika kerja asal-asalan alias “daripada menganggur”.
Sebelum melangkah lebih lanjut, bulatkan niat yang tulus untuk menjadi guru sejati yang selalu mengedepankan hati. Guru yang selalu mengedepankan hati akan memiliki visi akhirat yang jauh di luar kemampuannya.
Ketika kita mendidik anak dengan niat tulus ikhlas, maka ilmu yang kita ajarkan akan membekas sepanjang hidupnya. Ilmu itu akan jadi ladang amal jariah ketika kita sudah tiada.
Maka, jauh-jauh hari tanamkan pada diri kita untuk menyambut panggilan mulia ini agar kelak kita tidak kecewa di kemudian hari.
*Disampaikan di pembinaan guru GIS, setiap Sabtu Pekan 1, 3 dan 4, pukul 10.30 s.d 12.00, oleh Dir. Pendidikan GIS
🌟🌟🌟🌟🌟
